Catatan Keuangan Ala Tukang Kredit Keliling
cuttingstickerupdate - Artikel ini masih ada sangkut-pautnya dengan artikel sebelumnya, seputar kiat jualan sticker di kaki lima. Kali ini saya ingin berbagi pengalaman seputar dunia catat-mencatat. Istilah resminya catatan keuangan.
Siapa bilang pedagang kecil yang hanya menempati sebuah lapak di tepi jalan alias kaki lima tak membutuhkan catatan keuangan? Salah Gaes jika ada diantara kalian yang berpikiran aktivitas akuntansi ini hanya cocok untuk usaha besar. Jika diawali dari kecil akan lebih baik.
Siapa tahu ke depan usaha sobat menjadi raksasa. Memiliki gedung sendiri, ada banyak ruang dengan staf atau pegawai dengan skill yang berbeda. Pasti butuh yang namanya catatan keuangan bukan?
Siapa yang habis mengambil sticker di pajangan dan menerima uangnya, ya ialah yang akan mencatatnya di buku tulis tadi. Di dalamnya bukan hanya catatan seputar jumlah sticker yang terjual. Melainkan juga ada hal lain misalnya malam itu beli pisang goreng berapa, setor uang kebersihan dan keamanan berapa.
Coba tidak ada catatan tentang keluar masuknya uang per malam, bisa saja di saat pembagian hasil ada yang merasa tidak adil. Sementara kalau catatan tersebut dibuka dan dilihat bersama, maka semua pihak akan dengan senang menerimanya.
Catatan keuangan membuat segala sesuatu transparan. Janganlah beranggapan kegiatan catat-mencatat ini hanya bisa dilakukan di buku yang bagus, dikelola oleh ahlinya. Lha wong penjual kaki lima mencatatnya seperti apa juga nggak papa.
Intinya itu agar kita tidak dibuat pusing dengan keuangan kita. Kalau tidak ada pencatatan sama sekali, kan tak menutup kemungkinan sobat pusing memikir kemana uang yang sudah dicari sekian lama ini. Bayangan dapat tiga kontainer, ternyata di akhir bulan tinggal setengah kontainer hehe.
Begitulah memang kenyataannya. Satu halaman hanya dibagi dua, kiri untuk mencatat barang apa saja yang terjual, sebelah kanan pengeluaran. Ilmu akuntansi hanya sebatas asal tidak ngawur catatannya. Dan nyatanya berguna sekali di setiap tutup buku.
Uang hasil penjualan kami masukkan ke dalam kaleng lalu ditutup. Tidak dihitung selama sebulan. Di akhir bulan, barulah dikeluarkan. Selanjutnya dibandingkan apakah jumlahnya sesuai dengan yang ada di buku catatan atau tidak.
Dan selama menggunakan pencatatan, selisihnya juga tidak signifikan. Dan semuanya menerima gaji dengan ucapan Alhamdulillah.
Kita butuh buku kecil dan pena untuk mengembangkan usaha cutting sticker kakilima. Jika Anda termasuk orang yang sangat peduli dengan pembukuan untuk keuangan usaha, catatan pasti nomor satu. Namun yang saya maksudkan di sini catatan item cutting sticker. Tapi kalau sekalian dipakai mencatat nomor ponsel pelanggan baru yang cuantik ya boleh. Gapapa wes.
Dengan modal kecil, berkisar ratusan ribu, tentu koleksi cutting sticker saya waktu itu tak banyak banyak amat. Awalnya saya berpikir wah, pajangan cutting sticker saya sudah banyak nih. Rupanya, selalu saja ada item sticker yang ditanyakan calon pembeli dan saya tak punya.
Bagi saya waktu itu, merasa sedih dan sedikit menyesal, peluang mendapatkan uang meski sekian ribu hilang. Nah, cutting sticker yang banyak ditanyakan calon pembeli namun tak ada di pajangan itulah yang rajin saya catat.
Gunanya, saat saya berbelanja cutting sticker lagi saya tanyakan kepada pedagangnya apakah punya item cutting sticker seperti yang ada dalam catatan. Begitu barangnya tiba, saya segera memberitahu calon pembeli yang sebelumnya menanyakan item tersebut. Hahahaha akhirnya ketahuan juga jika saya juga mencatat nomor ponsel calon pembeli... Tetapi kan bukan nomor ponsel pembeli yang cantik. Ngelesdotcom ah saya kwkwkwkw.
[Baca Juga Rahasia Tukang Sticker Agar Jualan Laris]
Kadang saya juga bingung apa yang mau saya catat. Kan saya baru jualan, belum begitu banyak tahu apa nama brand yang dimaksud calon pembeli. Nulisnya kadang salah catatannya. Akhirnya begitu barang tiba saya baru tahu dan malu juga... rupanya ejaannya salah haha.
Nah, mulai hari ini teman teman pedagang cutting sticker kakilima, biasakan mencatat koleksi cutting stickermu yang kosong. Jangan berpikir ah hanya satu dua items... pikirkan kali kalinya. Maklum pedagang kecil, uang seribu dua ribu terasa benar nikmatnya.
Terbukti, catatan keuangan membantu lancarnya sebuah usaha. ***
Siapa bilang pedagang kecil yang hanya menempati sebuah lapak di tepi jalan alias kaki lima tak membutuhkan catatan keuangan? Salah Gaes jika ada diantara kalian yang berpikiran aktivitas akuntansi ini hanya cocok untuk usaha besar. Jika diawali dari kecil akan lebih baik.
Dengan catatan keuangan, bisa membantu kita mengetahui untung dan rugi. Ilustrasi, masnoeng |
Saat saya masih berjualan sticker di depan Rina-Rini, Batu 9, Bintan Centre, Tanjungpinang, dalam tas pinggang saya selalu ada sebuah buku tulis. Bukan buku catatan kecil, benar-benar buku tulis. Gunanya ya untuk mencatat sticker yang laku per malam. Saya bersama dua rekan saling ganti mencatatat.
[Baca Juga: Sticker Motor jadi Optimisme Saya]
[Baca Juga: Sticker Motor jadi Optimisme Saya]
Siapa yang habis mengambil sticker di pajangan dan menerima uangnya, ya ialah yang akan mencatatnya di buku tulis tadi. Di dalamnya bukan hanya catatan seputar jumlah sticker yang terjual. Melainkan juga ada hal lain misalnya malam itu beli pisang goreng berapa, setor uang kebersihan dan keamanan berapa.
Pentingnya Catatan Keuangan
Bagi sebuah usaha sekecil apapun, catatan transaksi tetaplah penting. Apalagi seperti saya yang mengawali berjualan sticker tidak sendiri. Ada beberapa teman yang memang sama-sama menunggu. Di akhir bulan, penghasilan bersih harus dibagi.Coba tidak ada catatan tentang keluar masuknya uang per malam, bisa saja di saat pembagian hasil ada yang merasa tidak adil. Sementara kalau catatan tersebut dibuka dan dilihat bersama, maka semua pihak akan dengan senang menerimanya.
Catatan keuangan membuat segala sesuatu transparan. Janganlah beranggapan kegiatan catat-mencatat ini hanya bisa dilakukan di buku yang bagus, dikelola oleh ahlinya. Lha wong penjual kaki lima mencatatnya seperti apa juga nggak papa.
Intinya itu agar kita tidak dibuat pusing dengan keuangan kita. Kalau tidak ada pencatatan sama sekali, kan tak menutup kemungkinan sobat pusing memikir kemana uang yang sudah dicari sekian lama ini. Bayangan dapat tiga kontainer, ternyata di akhir bulan tinggal setengah kontainer hehe.
Sering Diejek Tukang Kredit
Hidup di jalanan selalu menyisakan bagian-bagian menarik yang tak pernah saya dapatkan di pekerjaan formal. Bayangkan, ketika saya menulis catatan keuangan di buku tulis, tak sedikit yang hafal kebiasaan ini dan mengejeknya dengan sebutan tukang kredit keliling.Begitulah memang kenyataannya. Satu halaman hanya dibagi dua, kiri untuk mencatat barang apa saja yang terjual, sebelah kanan pengeluaran. Ilmu akuntansi hanya sebatas asal tidak ngawur catatannya. Dan nyatanya berguna sekali di setiap tutup buku.
Uang hasil penjualan kami masukkan ke dalam kaleng lalu ditutup. Tidak dihitung selama sebulan. Di akhir bulan, barulah dikeluarkan. Selanjutnya dibandingkan apakah jumlahnya sesuai dengan yang ada di buku catatan atau tidak.
Dan selama menggunakan pencatatan, selisihnya juga tidak signifikan. Dan semuanya menerima gaji dengan ucapan Alhamdulillah.
Buku Lain untuk Sticker
Beberapa waktu kemudian, saya justru membeli sebuah buku catatan kecil. Lalu untuk apa? Mencatat nomor ponsel pelanggan baru yang cantik? Mencatat pelat nomor kendaraan yang mengalami kecelakaan di dekat pangkalan kita jualan cutting sticker? Bukaaan!Kita butuh buku kecil dan pena untuk mengembangkan usaha cutting sticker kakilima. Jika Anda termasuk orang yang sangat peduli dengan pembukuan untuk keuangan usaha, catatan pasti nomor satu. Namun yang saya maksudkan di sini catatan item cutting sticker. Tapi kalau sekalian dipakai mencatat nomor ponsel pelanggan baru yang cuantik ya boleh. Gapapa wes.
Dengan modal kecil, berkisar ratusan ribu, tentu koleksi cutting sticker saya waktu itu tak banyak banyak amat. Awalnya saya berpikir wah, pajangan cutting sticker saya sudah banyak nih. Rupanya, selalu saja ada item sticker yang ditanyakan calon pembeli dan saya tak punya.
Bagi saya waktu itu, merasa sedih dan sedikit menyesal, peluang mendapatkan uang meski sekian ribu hilang. Nah, cutting sticker yang banyak ditanyakan calon pembeli namun tak ada di pajangan itulah yang rajin saya catat.
Gunanya, saat saya berbelanja cutting sticker lagi saya tanyakan kepada pedagangnya apakah punya item cutting sticker seperti yang ada dalam catatan. Begitu barangnya tiba, saya segera memberitahu calon pembeli yang sebelumnya menanyakan item tersebut. Hahahaha akhirnya ketahuan juga jika saya juga mencatat nomor ponsel calon pembeli... Tetapi kan bukan nomor ponsel pembeli yang cantik. Ngelesdotcom ah saya kwkwkwkw.
[Baca Juga Rahasia Tukang Sticker Agar Jualan Laris]
Kadang saya juga bingung apa yang mau saya catat. Kan saya baru jualan, belum begitu banyak tahu apa nama brand yang dimaksud calon pembeli. Nulisnya kadang salah catatannya. Akhirnya begitu barang tiba saya baru tahu dan malu juga... rupanya ejaannya salah haha.
Nah, mulai hari ini teman teman pedagang cutting sticker kakilima, biasakan mencatat koleksi cutting stickermu yang kosong. Jangan berpikir ah hanya satu dua items... pikirkan kali kalinya. Maklum pedagang kecil, uang seribu dua ribu terasa benar nikmatnya.
Terbukti, catatan keuangan membantu lancarnya sebuah usaha. ***
0 Response to "Catatan Keuangan Ala Tukang Kredit Keliling"
Post a Comment