Cutting Sticker, Bisnis yang Mendunia
cuttingstickerupdate - Cutting sticker semakin akrab saja di telinga kita, penduduk Indonesia. Mungkin pada tahun sebelum 2010 tak banyak kota yang memiliki sebuah toko cutting sticker, kecuali kota-kota besar. Sementara beberapa daerah bahkan belum mengenal apa itu cutting sticker.
Kalau cutting sticker sendiri sudah ada, namun manual. Artinya tangan manusia yang berperan sebagai mesin. tangan kanan memegang gunting, tangan kiri memegang lembaran bahan sticker.
Saya ingat kala masih sekolah setingkat SD, di Pasar Gembong, pasar satu-satunya di kota kecamatan saya tinggal di Desa Bermi, Jawa Tengah, sudah ada penjual bahan sticker. Ia menggunakan gerobak, meletakkan koleksi stickernya di atas lapak gerobaknya. Sementara bahan sticker gulungan ditaruh di sisi dinding gerobaknya.
Dialah satu-satunya penjual bahan dan stickernya. Saya masih ingat benar, stickernya semuanya hasil sablon. tak ada satu pun yang cutting. Kalau mau cutting ia akan membuatkannya dengan bantuan gunting. Membuat hurufnya satu per satu.
Saya juga masih ingat, merek bahan stickernya Dc-fix. Karena kakak saya yang SMA pernah membeli dan menghiai sepeda saya dengan tulisannya.
Pembuat bahan sticker sudah memikirkan agar membuat sticker bisa dilakukan dengan cara mudah. Hal pertama yang saya tahu kegunaannya sejak saya SD ialah, selalu ada kotak-kotak dengan ukuran per centimeter di belakang bahan sticker.
Kotak-kotak itulah yang dijadikan panduan bagi pembuat sticker manual untuk menghasilkan huruf yang lumayan simetris. Meski ada juga yang justru salah menggunakan panduan kotak-kotak tadi.
[Baca juga: kisah inspiratif Bintan Wrapping]
Misalnya huruf W, pasti lebih lebar dibandingkan huruf D, B atau T. Misalnya menggunakan panduan kotak belakang bahan sticker, huruf W lebarnya 10 cm, tinggi 10 cm, maka huruf lainnya seharusnya lebih kecil, misalnya berukuran lebar 7 centimeter dengan tinggi sama, yakni 10 centimeter.
Pokoknya zaman itu ribet hehehe.
Namun dunia teknologi semakin berkembang. Saya percaya teknologi memotong bahan sticker ini berawal di barat sana. Nyatanya ketika saya mengetikkan kata kunci seputar cutting sticker, masih didominasi website atau YouTube milik para bule.
Hal lain yang mendukung teori di atas menurut saya sederhana, bahkan sampai dengan hari ini Indonesia belum memiliki satu pun merek mesin plotter yang asli dibuat dan dirakit di Indonesia. Demikian juga dengan bahan stickernya, masih import dari luar negeri.
Kehadiran teknologi bernama Plotter seakan membuka mata banyak warga bahwa inilah peluang yang bisa diambil.
Selama ini jika ada yang berpikir untuk membuat usaha sticker cutting, kendalanya di kemampuannya menuangkan sesuatu menjadi bernilai seni. Sementara kalau harus menggunakan tangan, membentuk huruf-huruf yang begitu rumit, belum mengerjakan saja sudah terbayang kerumitannya.
Namun semuanya berbalik ketika dunia menghadirkan mesin cutting sticker, semua pekerjaan memotong bahan sticker menjadi lebih mudah. Dengan bantuan komputer dan mesin cutting sticker, apa yang ada di halaman komputer tinggal diperintahkan kepada mesin untuk melakukan pemotongan.
Sementara itu masyarakat juga sudah semakin melek dengan sticker. Tentu sobat masih ingat bagaimana papan nama zaman dahuku dipakai menggunakan tekniki cat. Dibuat mal-nya lalu huruf-hurufnya dilubangi, ditempelkan di media baru disemprot. Kadang ada ruang terbuka sehingga hasil catnya mbeler.
Teknologi mesin cutting sticker telah membuat Indonesia memiliki ribuan pelaku usaha ini. Baik yang berskala besar hingga yang emperan. Semuanya bertumpu pada satu hal: mencari uang menggunakan sticker.
Apalagi kemudian China turut meramaikan pasar usaha ini. Mereka tak hanya membuat bahan sticker dan mesin cutting, melainkan dengan sparepartnya. Menurut saya hebat, karena dengan menyediakan sparpert berharga murah, pelaku usaha bisa menghemat pengeluaran.
Kini sobat sticker dengan gampang menemukan toko sticker. Bahkan di kampung-kampung pun ada yang berani mendirikan usaha ini.
[Baca Juga: apa sih sebenarnya cutting sticker itu]
Memang di tahun ini pertumbuhan usaha sticker tak secepat tahun-tahun kemarin. Namun tetap saja usaha cutting sticker masih marak. Di Jakarta saja entah berapa toko baru bermunculan, membawa dagangan berupa bahan sticker dengan merek yang tak sama.
Anda juga akan terjun meremaikan usaha ini? Silakan sobat. ***
Kalau cutting sticker sendiri sudah ada, namun manual. Artinya tangan manusia yang berperan sebagai mesin. tangan kanan memegang gunting, tangan kiri memegang lembaran bahan sticker.
Saya ingat kala masih sekolah setingkat SD, di Pasar Gembong, pasar satu-satunya di kota kecamatan saya tinggal di Desa Bermi, Jawa Tengah, sudah ada penjual bahan sticker. Ia menggunakan gerobak, meletakkan koleksi stickernya di atas lapak gerobaknya. Sementara bahan sticker gulungan ditaruh di sisi dinding gerobaknya.
Mesin Cuttingnya Tangan
Dengan kotak ukuran di belakang bahan para pembuat sticker mendapatkan ukuran. Foto - dok pribadi |
Saya juga masih ingat, merek bahan stickernya Dc-fix. Karena kakak saya yang SMA pernah membeli dan menghiai sepeda saya dengan tulisannya.
Pembuat bahan sticker sudah memikirkan agar membuat sticker bisa dilakukan dengan cara mudah. Hal pertama yang saya tahu kegunaannya sejak saya SD ialah, selalu ada kotak-kotak dengan ukuran per centimeter di belakang bahan sticker.
Kotak-kotak itulah yang dijadikan panduan bagi pembuat sticker manual untuk menghasilkan huruf yang lumayan simetris. Meski ada juga yang justru salah menggunakan panduan kotak-kotak tadi.
[Baca juga: kisah inspiratif Bintan Wrapping]
Misalnya huruf W, pasti lebih lebar dibandingkan huruf D, B atau T. Misalnya menggunakan panduan kotak belakang bahan sticker, huruf W lebarnya 10 cm, tinggi 10 cm, maka huruf lainnya seharusnya lebih kecil, misalnya berukuran lebar 7 centimeter dengan tinggi sama, yakni 10 centimeter.
Pokoknya zaman itu ribet hehehe.
Lahirlah Mesin Cutting Sticker
Foto - dok pribadi |
Hal lain yang mendukung teori di atas menurut saya sederhana, bahkan sampai dengan hari ini Indonesia belum memiliki satu pun merek mesin plotter yang asli dibuat dan dirakit di Indonesia. Demikian juga dengan bahan stickernya, masih import dari luar negeri.
Kehadiran teknologi bernama Plotter seakan membuka mata banyak warga bahwa inilah peluang yang bisa diambil.
Selama ini jika ada yang berpikir untuk membuat usaha sticker cutting, kendalanya di kemampuannya menuangkan sesuatu menjadi bernilai seni. Sementara kalau harus menggunakan tangan, membentuk huruf-huruf yang begitu rumit, belum mengerjakan saja sudah terbayang kerumitannya.
Namun semuanya berbalik ketika dunia menghadirkan mesin cutting sticker, semua pekerjaan memotong bahan sticker menjadi lebih mudah. Dengan bantuan komputer dan mesin cutting sticker, apa yang ada di halaman komputer tinggal diperintahkan kepada mesin untuk melakukan pemotongan.
Sementara itu masyarakat juga sudah semakin melek dengan sticker. Tentu sobat masih ingat bagaimana papan nama zaman dahuku dipakai menggunakan tekniki cat. Dibuat mal-nya lalu huruf-hurufnya dilubangi, ditempelkan di media baru disemprot. Kadang ada ruang terbuka sehingga hasil catnya mbeler.
Bisnis yang Merebak Cepat
Saya kemudian turut meramaikannya dengan mendirikan Bintan Wrapping di Batu 9 (sekarang di Jalan Sidorejo) Tanjungpinang. Foto - dok pribadi |
Apalagi kemudian China turut meramaikan pasar usaha ini. Mereka tak hanya membuat bahan sticker dan mesin cutting, melainkan dengan sparepartnya. Menurut saya hebat, karena dengan menyediakan sparpert berharga murah, pelaku usaha bisa menghemat pengeluaran.
Kini sobat sticker dengan gampang menemukan toko sticker. Bahkan di kampung-kampung pun ada yang berani mendirikan usaha ini.
[Baca Juga: apa sih sebenarnya cutting sticker itu]
Memang di tahun ini pertumbuhan usaha sticker tak secepat tahun-tahun kemarin. Namun tetap saja usaha cutting sticker masih marak. Di Jakarta saja entah berapa toko baru bermunculan, membawa dagangan berupa bahan sticker dengan merek yang tak sama.
Anda juga akan terjun meremaikan usaha ini? Silakan sobat. ***
0 Response to "Cutting Sticker, Bisnis yang Mendunia"
Post a Comment