Indahnya Berbagi Ilmu yang Bermanfaat
Kalau sobat mengikuti perjalanan ngeblog saya, mungkin ada yang bertanya meski dalam hati. Mengapa saya berbagi ilmu dari A sampai Z tentang sticker, khususnya sticker cutting.
Alasan pertama saya ialah, dunia sticker sebenarnya belakangan saya jalani. Jadi tidak pernah sama sekali saya bercita-cita menjadi seorang tukang sticker.
Salah satu cita-cita yang kemudian didengarkan Tuhan ialah menjadi seorang wartawan. Dan perkenalan saya dengan sticker ya ketika saya masih aktif sebagai salah satu wartawan grup koran terbesar di Indonesia kala itu.
Saya mulai ngeblog tentang sticker ya saat memulai jualan sticker. Sobat bisa melihat blog pertama saya tentang sticker di metrosticker.wordpress.com/.
Sebagai seorang muslim, saya sudah terlalu sering diajarkan oleh ayah ibu saya tentang berbagi ilmu dalam islam.
Karenanya, ketika saya memutuskan keluar dari pekerjaan formal di kantor media, saya mengalihkannya ke ngeblog.
Lantas siapa yang mengerjakan sticker saya? Ada beberapa orang yang membantu saya. Beberapa diantaranya kini juga sukses membuka usaha sticker.
Ketika saya yakini berbagi ilmu itu indah, maka saya tidak berpikir tentang kompetisi. Sama seperti saat ini, saya menyadari penuh Tuhan tak akan salah memberikan rezeki kepada umat-Nya.
Beragam Latar Belakang
Salah satu mantan karyawan saya ialah Rapensa Nafulani yang dikenal sebagai Reza. Ia sekarang meneruskan toko stiker bernama Istana Sticker. Nama yang saya buat dan alhamdulillah membawa berkah baginya.
Reza adalah remaja dari kampung saya di Pati, Jawa Tengah. Saya ingat betul kala itu ia harus didampingi ibunya terbang dari Jakarta ke Tanjungpinang.
"Ibu saya takut saya hilang, Mas," kata Reza waktu itu.
Dan saya terharu kala mengingat bagaumana Sang Ibu memotong tumpeng untuk kami. Di Jebong, depan PLN Batu 9, Tanjungpinang.
Demikian juga dengan Helmi Nurul Faqih yang baru lebaran Idul Fitri 2020 kemarin pulang kampung ke Pati.
Sama seperti Reza, Helmi juga membuka usaha sticker cutting di rumahnya. Alhamdulillah saya masih sempat membantunya mencarikan mesin cutting tanpa saya ambil komisinya.
Jika Reza memiliki dasar animasi di SMK, Helmi justru dari teknik jaringan di SMK. Namun berkat kerja kerasnya, anak-anak muda ini akhirnya bisa mandiri.
Ada lagi mantan karyawan saya namanya Ucok, asal Padang Sidimpuan, Sumatera Utara. Ia mengenal saya justru dari sobekan kertas koran saat tengah galau di Batam.
Mantan sopit mikrolet di Jakarta ini ceritanya diajak merantau ke Batam oleh temannya. Namun harapannya tak seindah kenyataan sehingga saat membaca artikel tentang toko sticker saya di koran ia menghubungi.
Saya jemput ke Batam, lalu ia bekerja bergabung dengan Reza. Saat masih aktif, ibunya meninggal dunia dan Ucok pulang ke kampung. Namun ia kemudian kembali lagi dan berkarya di Bintan Wrapping.
Selain mereka ada juga Ali yang berasal dari Wonogiri. Ia ke Tanjungpinang juga karena cerita manis temannya.
Justru temannya yang menitipkan ke saya selama sebulan untuk mencari uang tiket dari Tanjungpinang ke Jakarta.
Sebulan akhirnya selesai, Ali sudah mendapatkan gajinya yang cukup untuk membeli tiket. Dan ada sisanya.
Rupanya ia memilih untuk tinggal di Tanjungpinang dan bersama dengan Reza dan Ucok ketiganya sempat menjadi tro andal.
Saat adik Reza bernama Zulfan Vayumi atau akrab disapa Ivan selesai SMK, Reza minta izin untuk mengajaknya ke Tanjungpinang. Dan semakin ramailah anak-anak muda di Bintan Wrapping.
Angkatan setelahnya adalah Helmi yang belakangan menyusul. Setelah itu ada Bayu dari Blitar yang sengaja ke Tanjungpinang membantu saya.
Reza kala itu sudah mengelola sendiri salah satu toko saya, Istana Stiker.
Seangkatan Bayu ada Fauzi Ahmadrissa, yang pernah satu pekerjaan di kantor media. Belakangan Fauzi juga alhamdulillah membuka sendiri usaha cutting sticker yang diberi nama Abi Kreasi.
Bayu pun sudah pulang kembali ke Blitar dan kabar yang saya dengar ia meneruskan jualan onlinenya. Produknya tak jauh dari sticker, yakni decal dan kaos yang didominasi RX Kiang.
Berbagi ilmu yang bermanfaat terus berlangsung di Bintan Wrapping. Silih berganti anak-anak muda datang dan belajar.
Kalau Yono tidak ikut bergabung di Bintan Wrapping. Mantan tukang gali bangunan ini saya ajari CorelDRAW dasar hanya untuk mengoperasikan mesin cutting.
Alhamdulillah sampai sekarang ia masih menggelutinya. Ia berhasil lulus kuliah, membeli rumah, sepeda motor dan telah menikah.
Siangnya ia bekerja di sebuah kantor swasta dan malamnya masih tetap datang ke tokonya untuk melayani konsumen stikernya.
Yang belejar seperti Yono adalah kakak-beradik anak pemilik usaha sticker Cahaya Variasi, Pak Edi. Pemilik toko stiker di Batu 11 Tanjungpinang ini merasa sudah tua sehingga menyerahkan kedua anaknya untuk sekadar belajar CorelDRAW.
Dan selama proses saya memiliki usaha stiker, justru saya semakin intens menulis. Blog tentang sticker saya bahkan dikunjungi ratusan orang per hari.
Dan masih ada satu anak muda lagi yang pernah ikut belajar bersama teman-temannya di Bintan Wrapping. Namanya Andika Rachman yang kini juga bergelut dengan sticker.
Uniknya, saya tak pernah tertarik belajar ngeblog atau wrapping. Pekerjaan yang saya yakini lebih mudah ketimbang menulis konten blog yang Full Sarch Engine Optimation (SEO). Jari tangan saya lebih suka menari di kibor laptoo untuk menghasilkan artikel tentang sticker.
Oh, ya, ada lagi Topo Broto yang tak lama gabung di Bintan Wrapping lalu membuka sendiri usaha sablon kaosnya.
Rezeki dari Berbagi Ilmu Pengetahuan
Sampai akhirnya kini ada dua anak muda yang mengelola usaha saya, yakni Izulman dan Eko Sulestyo. Mereka meneruskan warisan Bintan Wrapping bahwa semua harus ikhlas berbagi ilmu.
Izul adalah anak asli Dabo Singkep, Kepri yang tak lulus SD. Namun semangatnya luar biasa. Sementara Eko menyempatkan diri membantu karena jadwal kuliahnya malam hari.
Sobat sticker di mana saja, artikel yang sobat baca ini akan terus diikuti artikel lainnya. Selama saya masih memiliki pengetahuan untuk saya bagikan, akan saya tuliskan.
Berbagi ilmu terbukti membuat saya lebih nyaman menjalani hidup. Kalau orang bertanya, sekarang usahanya apa, Mas? Saya jawab saya adalah blogger, sebut saja blogger kaleng-kaleng.
Sungguh, saya tak pernah berpikir jika akhirnya blog yang sobat baca ini akhirnya diterima Google Adsense. Sama seperti Youtuber, Google akan membayar Blogger dengan gaji sesuai konten yang dibuat.
Bedanya kalau Blogger menghasilkan konten berupa artikel, sedangkan Youtuber kontennya berbentuk video.
Namun bukan itu yang membuat saya bahagia. Melihat orang-orang yang dulu pernah membantu saya akhirnya bisa mandiri adalah sebuah kebahagiaan tak terkira.
Terima kasih untuk begitu banyak warga Indonesia yang sudah menyupport blog-blog saya, berkomunikasi melalui medsos dan WhatsApp atau menelepon.
Berkat kalian semua saya masih ingin tetap berbagi, karena berbagi itu indah.
Dan... terima kasih kepada pemilik PT Istana Kreasindo (sebelumnya Istana Indonusa), Pak Sugandta Tjokro yang selama ini membantu saya.
Mohon maaf saya belum bisa membalas segala kebaikan Bapak.
Mohon doa restu semuanya, izinkan saya terus berbagi ilmu. Sobat semua tidak harus mengklik iklan dari Google yang ada di blog cuttingstickerupdate.com ini atau di suarasiber,com di mana saya menjadi Redaktur Pelaksananya. Karena sejatinya berbagi ilmu yang bermanfaat itu di atas semuanya. ***
0 Response to "Indahnya Berbagi Ilmu yang Bermanfaat"
Post a Comment