Mister Bule Asal Swiss yang Jadi Pelanggan Stiker
Perawakannya tinggi, dengan tubuh yang menurut saya kurus. Namun warna rambutnya, hidungnya dan warna bola matanya cukup menandakan ia bukan orang Indonesia asli. Kepada saya yang memang setiap hari ada di toko stiker adik-adik untuk menulis konten, ia tersenyum.
Saya balas saja senyuman itu. Saya menyebutnya Mister Bule, dan sampai hari ini kalau kami bertemu saya memanggilnya seperti itu dan ia pasti tertawa namun tak malarang pemilihan kata-kata sebutan tadi.
Ketika adik-adik saya yang mengelola toko stiker tak lagi sesibuk sebelumnya, Mister Bule tadi duduk mendekat. Ia lalu bicara dengan logat Bahasa Indonesia yang kaku. Kaku banget malah. Pikir saya, mungkin ia belajar mengucapkannya karena sering dipakai.
Ternyata kedatangannya ke Inilah Sticker dan Bintan Wrapping di Jalan Sidorejo 76 memang untuk memesan stiker cutting. Ia sengaja menunggu sambil memperhatikan apakah ada bahan stiker seuai keinginannya.
Kepada saya Mister Bule mengakui menyukai warna oranye. Peroaduan antara warna merah dan kuning ini disukainya sejak dahulu.
Selama ini ia jarang atau nyaris tidak pernah masuk ke tempat pembuat stiker di Indonesia. Apalagi di Kota Tanjungpinang, yang ketika saya tanyakan apakah jauh bedanya dengan kota tempat kelahirannya di Swiss sana.
Ia hanya tertawa lepas. Di sana ia sering membuat stiker menggunakan bahan reflektif warna oranye. Dan saat menemukan bahan serupa meski beda merek di kios yang dikelola adik-adik saya, wajahnya pun berbinar.
Ia tak menyangka di Tanjungpinang juga ada bahan seperti itu. Weleh, ngenyek tenan Mas Bule iki (aduh menghinag betul mister bule ini hehe).
Ia beberapa kali mengusap bahan reflektif warna oranye yang awalnya tergulung di rak pajangan. Setelah minta izin ia pun mengambilnya dan membukanya.
Setelah yakin ia menemukan bahan sesuai keinginan, ia pun minta dibuatkan tulisan. Uniknya, Mister Bule ini minta selembar kertas dan pena, Ia kemudian membuat sketsa stiker yang akan dibuatya. Tangannya dengan lincah membentuk desain.
Ia mengaku menyukai seni lukis sejak kecil. Oalah, pantas di mata saya tangannya cukup terampil menuangkan ide yang ada di kepalanya.
Ia mengendarai sepeda motor yang sudah dimodifikasinya sendiri.
Setelah ngobrol menggunakan bahasa campuran, kadang inggir kadang indonesia kami pun semakin dekat. Ia lalu bercerita tinggal di Pulau Bintan. Ke Tanjungpinang ia menjual hasil kebun yang dipanennya.
Sejak pertemuan itu ia senantiasa mampir ke toko tiker adik-adik saya. Entah sekadar minum air putih yang disediakan gratis untuk siapa saja yang haus, atau ngobrol dengan saya.
Beberapa kali ia sudah memesan sticker cutting. Terbukti stiker menyatukan dua perbedaan. ***
0 Response to "Mister Bule Asal Swiss yang Jadi Pelanggan Stiker"
Post a Comment