Tawa Iwan di 77 Tahun Usia Kemerdekaan, Sehari Rp600 Ribu
Jangan tanya seberapa rapi Iwan menata jualannya. Panampilan "kedai kelilingnya" jelas bukan hal harus dipikirkannya sangat serius kali ini.
Justru kalau masih ada celah di tempat pajangan yang bisa diisi, akan disisipi aneka mainan. Ya, Iwan memang pedagang aksesoris, mainan anak dan balon.
Mengenakan kaos merah, Iwan tampak semringah setiap kali ada anak-anak yang mendekat.
Hari itu adalah 77 tahun usia kemerdekaan Republik Indonesia. Iwan berjualan di lapangan bola Desa Busung, Kecamatan Seri Kuala Lobam, Kabupaten Bintan.
Iwan mengambilkan mainan yang dibeli oleh anak-anak saat berjualan di lapangan bola Desa Busung, Bintan, saat upacara HUT ke-77 Kemerdekaan RI. foto - kepribranding.com |
Ia tak malas untuk datang, meski rumahnya di Tanjunguban. Pagi yang dingin ditembusnya dengan penuh harapan.
Pada hari biasanya, Iwan mendapatkan omzet rata-rata Rp200 ribu per hari. Jumlah tersebut harus dipotong untuk modal. Ia tak ingin menerima uang lalu lupa harus kulakan barang lagi. Ia harus bijak mengelola keuangannya.
"Alhamdulillah hari ini sudah dapat enam ratus ribu rupiah," ujarnya.
Iwan tertawa. Menggambarkan betapa bahagianya ia. Dan jumlah tersebut masih mungkin untuk bertambah, karena upacara belum selesai.
Tahun ini, Pemkab Bintan memang menyelenggarakan upacara detik-detik proklamasi di lapangan kampung. Bagi para pegawai mungkin nggerundel (menggerutu) dalam hati. Pasalnya, biasanya dilaksanakan di kantor bupati atau kecamatan.
Upacara dilaksanakan pagi, karena setelah ini pimpinan daerah dan pejabat lainnya akan mengikuti upacara serupa dengan Presiden Joko Widodo secara virtual.
Pagi-pagi Iwan sudah mengemasi barang dagangannya. Sebelumnya ia sudah tahu jika upacara tingkat kabupaten akan diselenggarakan di lapangan Busung.
Selain upacara juga ada beragam lomba yang membuat warga kelahiran Jawa Tengah ini semangat empat lima.
Iwan tak memiliki banyak pilihan soal pekerjaan. Badan Covid-19 membuat banyak orang tumbang dan kalang kabut. Sejak 2009 silam ia sudah menekuni usaha ini. Penghasilan yang tak cukup besar harus dihantam dengan sepinya pembeli di masa pandemi.
Namun Iwan adalah pedagang hebat. Ia pejuang keluarga yang kuat. Ia tak mengeluh, namun tetap bertahan karena percaya suatu saat corona hilang.
Jika tak ada keramaian seperti upacara agustusan, ia berjualan keliling. Pangsa pasarnya adalah anak-anak sekolah yang ada di Tanjunguban. Ia akan pindah dari sekolah ke sekolah.
"Hari biasa omzetnya Rp200 ribu rata-rata," ungkapnya.
Untung hari ini tak membuatnya lupa bersyukur dan berdoa. Ia ingin Indonesia kuat menghadapi berbagai cobaan, termasuk pandemi Covid-19 yang membuat orang kecil sepertinya tambah susah.
"Kalau ekonomi mulai normal, jadi kami gampang cari uang. Tidak seperti kemarin-kemarin waktu covid, usaha kami terpuruk sekali," kata Iwan.
Siang mulai merangkak, panas mulai terasa di kulit. Namun Iwan seolah tak merasakannya. Ia juga tengah berjuang, mencari rezeki untuk keluarganya.
Sesekali ia memandang bendera merah putih berkibar di tengah lapangan. Iwan masih mencintai negeri ini, apapun alasannya. ***
0 Response to "Tawa Iwan di 77 Tahun Usia Kemerdekaan, Sehari Rp600 Ribu"
Post a Comment