Teknologi Stiker Versus Konsumen Jadul
Ini kisah nyata tentang stiker cutting. Tentang konsumen yang sudah lama banget pernah bikin stiker cutting. Yang baru-baru ini kembali memesan stiker cutting.
Konsumen ini adalah seorang wanita yang usianya hampir 60 tahun. Ia bermaksud mengganti tulisan nama toko yang dikelolanya. Ia tunjukkan foto papan nama toko yang stikernya akan diganti.
Sayangnya ia tak tahu lagi kira-kira berapa ukuran kaca yang akan dipasang stiker cutting. Karena tokonya nggak terlalu jauh dari Bintan Wrapping, tempat ia memesan stiker kali ini, oleh pengelola toko stiker ini ia diminta membawa papannya sekalian.
Maksudnya, biar sekalian dibantu dipasangkan stikernya di kaca. Biar rapih. Biar nggak plethat-plethot nggak karuan. Kalau nama tokonya saja belepotan pasangnya, orang yang mau masuk toko bisa jadi mikir-mikir.
Kok toko ini kesannya nggak serius... mungkin begitu.
Wanita yang rambutnya sudah memutih itu kemudian menelepon seseorang, meminta tolong agar papan nama tokonya diturunkan lalu diantar ke Bintan Wrapping.
Tak lama kemudian dua orang pemuda datang dengan sebuah sepeda motor. Satu mengemudikan, satunya membonceng sambil membawa papan nama.
Setelah diukur lebar dan tinggi kaca sebagai medianya, tukang stikernya menanyakan mau dipakai kapan.
Dijawab sama yang pesan kalau bisa jangan lama-lama. Ia lalu membandingkan, saat membuat stiker cutting yang pertama, ia diberi waktu tiga hari.
Melihat tulisan yang ditempel di permukaan kaca, tukang stiker di Bintan Wrapping tahu jika stiker pertama dibuat dengan cara manual. Dipotong menggunakan gunting. Nggak pakai desain di komputer, lalu dipotong menggunakan mesin cutting sticker.
Pantas jika pembuatnya meminta waktu tiga hari. Ada satu stiker berukuran besar, yakni nama toko. Sementara di bawahnya alamatnya, dengan ukuran lebih kecil.
Bayu, pengelola Bintan Wrapping menjelaskan jika mau menunggu akan dibuatkan saat itu juga. Kebetulan sedang tidak banyak order cutting, hari itu banyak yang pasang kaca film.
Namun lelaki ini justru mendapatkan tanggapan yang agak unik dari konsumen. Jawaban bisa dibuatkan sekarang dan ditunggu ternyata bukan jawaban yang diharapkan.
Tahunya konsumen jadul ini, membuat stiker ya caranya sama dengan yang diketahuinya. Menggunakan gunting lalu pembuatnya memotong bagian demi bagian, huruf demi huruf.
"Saya dimarahi konsumen jadul gegara waktu pegerjaan stiker cutting. Dikasih waktu cepat malah nggak percaya," ungkap Bayu kepada saya.
Teman Bayu yang mengoperasikan mesin cutting sticker lalu memberikan penjelasan. Zaman sekarang untuk membuat stiker cutting berupa tulisan sangat mudah dan cepat.
Lalu wanita pemesan stiker diajak ke ruangan kerja, di mana sebuah mesin cutting tengah memotong tulisan pesanan nama menu untuk gerobak jualan.
Setelah selesai baru dilepaskan bagian yang tak terpakai sehingga meninggalkan tulisan yang ingin dipakai. Lalu dimasking dan siap dipasang sendiri oleh pemesannya.
Melihat hal itu, konsumen jadul itu meminta maaf. Ia mengaku tidak pernah tahu teknologi juga sudah merambah ke urusan stiker cutting.
Ia bahkan tertawa sambil menutup mulutnya ketika menyadari kejadulannya.
"Nanti stiker Ibu lebih rapi, tidak terpotong-potong seperti ini," jelas Bayu.
Dan saat pesanannya selesai, konsumen jadul seakan masih tak percaya. Tulisan papan nama tokonya yang semula berwarna kuning kini sudah diganti warna emas sehingga lebih mentereng.
Begitulah cerita tentang penyedia jasa stiker cutting. ***
0 Response to "Teknologi Stiker Versus Konsumen Jadul"
Post a Comment